
Margaret, istri John Maxwell (motivator top dunia) menjadi pembicara di seminar tentang "Kebahagiaan"
Maxwell, sang suami duduk mendengarkan di bangku paling depan.
Selesai ceramah, pada sesi tanya jawab, seorang ibu mengacungkan tangannya & bertanya, "Mrs. Margaret, APAKAH suami Anda membuat Anda bahagia ?"
Seluruh ruangan langsung terdiam. Margaret tampak berpikir sejenak & kemudian menjawab,
"Tidak..."
Seluruh hadirin terkejut.
"Tidak..." katanya sekali lagi, "John Maxwell tidak bisa membuatku bahagia."
Hadirin langsung menoleh ke arah Maxwell. Maxwell juga menoleh2 seakan2 mencari pintu keluar.
Rasanya ingin cepat2 keluar.🍁
Kemudian, Margaret melanjutkan,
"John Maxwell adalah seorang suami yang sangat baik.
Ia tidak pernah berjudi & mabuk.
Ia seorang suami yang setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani. Tapi, tetap dia tidak bisa membuatku bahagia."
Seorang yang hadir bertanya, "Mengapa ?"
Jawabnya, "Karena TIDAK ADA SEORANG PUN DI DUNIA INI YG BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEBAHAGIAANKU SELAIN DIRIKU SENDIRI."
Margaret menjelaskan, "Tidak ada orang lain yang bisa membuatmu bahagia.💐
Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu, hobimu.
Semua itu tidak bisa membuatmu bahagia, Yang bisa membuat dirimu bahagia adalah dirimu sendiri.🌷
Kamulah yang bertanggung jawab atas dirimu sendiri.🌹
Kalau kamu:
selalu bersyukur,tidak mengeluh,
tidak pernah punya perasaan minder/ rendah diri,
tidak self pity/ fokus mengasihi diri sendiri/ merasa selalu benar,tidak negatif thinking selalu berfikiran positif,
selalu berbuat baik kepada semua orang dan tidak punya musuh,tidak mencari kambing hitam,kamu tidak akan merasa sedih.
Pola pikir kitalah yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, BUKAN faktor luar 🌻
Bahagia tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu, cantik istrimu/ gagah suamimu, atau sesukses apa hidupmu.
Bahagia itu PILIHANMU SENDIRI"
Always Happy and Happy always ...
Hari ini kita mau bahagia atau tidak... adalah pilihan kita sendiri.... BUKAN ORANG LAIN


Kemarin sore seorang teman menunjukkan sebuah foto yang ada di WAG RT-Nya, wilayah Mungkid Magelang. Mayat dua orang sesepuh yang sudah membengkak, menghitam dan mulai berair. Saya hanya melihat sekilas karena tidak punya cukup nyali memandangnya dari dekat.
Jenasah kakek-nenek itu ditemukan beberapa hari setelah kematiannya oleh menantu dan tetangga. Tak ada yang tahu persis kapan mereka berdua wafat. Kata polisi kemungkinan sudah seminggu berlalu. Mereka meninggal tanpa kata, tanpa pamit dan yang pasti tanpa didampingi oleh anak, menantu dan cucu-cucunya.
Bukan karena mereka tak punya, namun tak ada satu pun anak yang bisa menemani dan merawat mereka di hari-hari tuanya. Anak-anak mereka tinggal di luar kota. Saya ikut sesak menahan air mata…
Lelaki sepuh itu akhirnya meninggal dalam keadaan duduk bersandar pada kursi kayu di ruang tamunya.
Lelaki itu sehar-harinya adalah suami yang merawat istrinya yang stroke dan sudah tidak bisa beraktivitas apapun kecuali berbaring di tempat tidur. Polisi memperkirakan kematian lelaki sepuh ini terjadi lebih dulu. Istrinya menyusul wafat kemudian, banyak orang mereka-reka : sang istri meninggal karena selama berhari-hari tak makan minum atau melakukan aktivitas lainnya, karena sang suami yang selama ini menjadi satu-satunya 'perawat' terlebih dahulu meninggal dunia.
Bisakah anda bayangkan keadaan mereka berdua ? Saat sang istri memanggil suaminya berkali-kali dalam resah namun tak ada jawaban apapun. Resah bukan saja karena ia sendiri merasa lapar, sakit dan tak berdaya. Namun mengkhawatirkan keadaan belahan jiwa namun tak bisa berbuat apa-apa karena badan tak lagi bisa digerakkan bersebab stroke menahun.
Sang suami juga tak bisa mengabarkan siapapun untuk menggantikannya merawat istri tercinta. Kematian datang tanpa mengucapkan salam pemberitahuan. Begitu tiba-tiba dan sangat nyata.
Mereka berdua meninggal di dalam rumah mereka sendiri. Rumah yang menjadi saksi saat pernikahan mereka bermula, saat mereka melahirkan anak demi anak. Membesarkan anak-anak mereka dari bayi merah, hingga akhirnya bisa merangkak perlahan, berjalan, berlari … dan akhirnya pergi sendiri-sendiri menapaki jalan takdirnya.
Menjadi orang tua memang adalah jalan panjang untuk melepaskan seorang anak agar mampu menjalani kehidupan mereka sendiri … karena itulah mengapa kisah pengasuhan anak menjadi rumit. Karena pengasuhan karena telah melibatkan berjuta ragam emosi dan kenangan. Anak-anak lahir dari Rahim ibunya, membawa DNA bapaknya, besar dengan keringat dan airmata orang tuanya : namun bukan milik orang tuanya.
Orang tua harus rela melepaskan anaknya menjalani peran kehidupannya sendiri, suatu waktu. Bahkan saat sang anak memutuskan untuk pergi mengembara menggapai mimpi-mimpi mereka
Dan bagi orang tua, ternyata berpisah dengan anak itu bukan urusan mudah.
Meski teknologi membuat kita bisa menatap wajah keriput mereka di layar HP, ternyata tak ada yang bisa mengobati rindu sebaik dekapan hangat dan ketulusan cinta. Sebanyak apapun uang tak akan bisa membeli perhatian, senyuman, dukungan dan pelayanan tulus.
Saya menuliskan ini bukan hendak menyalahkan si anak atau keluarganya, saya pun tak tahu persis apa kesulitan mereka. Saya hanya ingin menuliskan catatan untuk diri saya sendiri. Karena saya dan suami pun juga tinggal jauh dari orang tua.
dada saya sesak setiap kali mengingatnya.Kesempatan menyempurnakan bakti pada orang tua dan mertua.
Waktu berlalu, usia mereka bertambah, badan mereka makin lemah, kematian semakin mendekat. BUkan tentang kematian mereka, namun juga tentang jatah kematian diri kita. Adakah yang bisa menjamin bahwa kita bisa setua mereka dan punya waktu untuk melanjutkan mimpi yang tak ada habisnya ?
“Apakah salah satu orang tuamu masih hidup?, “Pulanglah kepada kedua orang tuamu lalu berbuat baiklah dalam memperlakukan mereka.”
Pulanglah, ada surga yang bisa kita raih dalam bakti padanya. Pulanglah, ada berkah dan kebaikan yang besar yang akan kita dapatkan untuk memperbaiki kehidupan kita sendiri. Pulanglah, kesempatan terbatas dan tak bisa diulang. Sempatkanlah pulang, supaya kita bisa memohon maaf atas bakti yang tak sempurna, atas semua kedurhakaan dan belum mampunya kita membahagiakan mereka.
Pulanglah, karena sampai kita menjadi orang tua bagi anak-anak kita pun masih saja merepotkan mereka. Pulanglah, untuk mengucapkan terimakasih yang tak pernah cukup …
Jika mereka sakit hari ini, sungguh sakit mereka pun bisa jadi karena kita anak-anaknya. Masa muda dan kekuatan mereka berkurang untuk membesarkan kita anak-anaknya.
“Rindu itu berat, hidup dalam sepi tanpa anak cucu di akhir masa tua itu jauh lebih berat”
Sungguh tak ada orang tua yang ingin merepotkan anak-anaknya. Tak ada yang ingin sakit di masa lemahnya. Tak a- da yang ingin berhitung budi dengan anak-anaknya. Mereka ikhlas.
Bukan orang tua yang sebenarnya membutuhkan anak-anaknya. Tapi justru anak-anaknya lah yang sangat membutuhkan orang tuanya. Karena sadar bahwa amal yang tak seberapa ini, dosa yang banyak ini hanya bisa lebur dengan dgn perbuatan baik yg istimewa di mata Tuhan. Salah satunya adalah berbakti pada orang tua.
Memang tidak ada orang tua yang sempurna namun yang pasti bahwa setiap anak berhutang pada orang tuanya. Bukan tentang nominal angka-angka yang mereka habiskan untuk membesarkan dan mendidik kita, namun tentang cinta, ketulusan, perhatian, doa dan pegorbanan yang tak berbilang.
Maka, ketika seorang anak yang menggendong sang ibu ,apakah aku sudah membalas baktiku pada ibuku?
“Belum", bahkan engkau belum membalas satu tarikan nafas dan rasa sakitnya saat ia melahirkanmu...GBU....
🙏🙏🙏
www.membaca-bukubagus.blogspot.co.id
Source: WA BMRK

Seorang laki-laki yang berbeda paham dengan seorang Guru Spiritual mengeluarkan kecaman dan kata-kata kasar, dan meluapkan kebenciannya kepada Sang Guru yang bijak.
Sang Guru hanya diam, mendengarkannya dengan sabar, tenang dan tidak berkata sepatah kata pun.
Setelah lelaki tersebut pergi, dan muridnya yang melihat peristiwa itu penasaran dan bertanya: "Mengapa Sang Guru diam saja tidak membalas makian lelaki tersebut..?"
Sesaat kemudian Sang Guru pun berkata kepada si murid:
“Apakah jika seseorang memberimu sesuatu, dan kamu tidak mau menerimanya, lantas menjadi milik siapa kah pemberian itu..?”
“Tentu kembali menjadi milik si pemberi," jawab si murid dengan lugas.
“Betul...... begitu pula dengan kata-kata kasar tersebut," tukas Sang Guru.
“Karena aku tidak mau menerima kata-kata itu, maka kata-kata tadi akan kembali menjadi miliknya. Dia harus menyimpannya sendiri.
Dia tidak menyadari, karena nanti dia harus menanggung akibatnya di dunia atau pun akhirat; karena energi negatif yg muncul dari pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan hanya akan membuahkan penderitaan hidup."
Kemudian, lanjut Sang Guru: ”Sama seperti orang yg ingin mengotori langit dengan meludahinya. Ludah itu hanya akan jatuh mengotori wajahnya sendiri."
"Demikian halnya, jika di luar sana ada orang yg marah-marah kepadamu... biarkan saja … karena mereka sedang membuang SAMPAH HATI mereka: "Jika engkau diam saja, maka sampah itu akan kembali kepada diri mereka sendiri, tetapi kalau engkau tanggapi, berarti engkau menerima sampah itu.....”
“Hari ini begitu banyak orang di jalanan yg hidup dengan membawa sampah di hatinya ( sampah kekesalan, sampah amarah, sampah kebencian, dan lainnya ) … maka jadilah kita orang yg BIJAK”
Sang Guru melanjutkan nasehatnya:
“Jika engkau tak mungkin memberi, janganlah mengambil”
“Jika engkau terlalu sulit untuk mengasihi, janganlah membenci”
“Jika engkau tak dapat menghibur orang lain, janganlah membuatnya sedih”
“Jika engkau tak bisa memuji, janganlah menghujat”
“Jika engkau tak dapat menghargai, janganlah menghina”
“Jika engkau tak suka bersahabat, janganlah bermusuhan”
SEMOGA BER MANFAAT...
www.membaca-bukubagus.blogspot.com

"MENUJU MASA TUA"
1. Sisa umur ini pendek,
"selagi selera.....makanlah"
"selagi layak........pakailah"
"Selagi manfaat......belilah"
"Selagi bisa........berbagilah"
"Silaturahmi......lakukanlah"
Nikmati hidup apa adanya.
2. Dulu kita berusaha, utk memiliki. Kini saatnya untuk melepas, harta, tahta, anak, istri semua akan kembali kepada-NYA. Bahagia terletak pada keikhlasan.
3. Sehari berlalu, umur berkurang, berbuat baiklah karena kita tidak tahu kapan akan dipanggil.
4. Hidup ini sangat singkat dalam sekejap kita mulai tua dan pasti masuk pusara..
5. Jangan tengok ke atas akan selalu kurang, tengok ke bawah bisa merasa cukup dan syukuri apa adanya pasti bahagia. Bersyukurlah..
6. Yang terbaik adalah berbuat baik, membantu orang lain, Jangan menyakiti, latih diri dgn berbaik sangka , agar sehat lahir batin.
7. Kasih orang tua tidak ada batas. Sadarlah, bila anak sakit, orang tua bagai teriris, bila orang tua sakit anak cuma tengok dan bertanya.
Anak-anak memakai uang orang tua seperti keharusan, tetapi orang tua memakai uang anak pasti rikuh. Cukupilah diri sendiri jangan berharap pemberian anak.
8. Rumah orang tua adalah rumah anak, tetapi rumah anak bukanlah rumah orang tua. Sadarilah.
9. Orang tua selalu mendoakan anak, tapi anak jarang mendoakan orang tua. Maka bekali kubur kita dgn amal yg banyak, jangan bergantung pada doa anak.
10. Kebaikan dan keburukan sebagai ujian dan tdk akan berakhir sampai kita mati. Sikapi dg syukur dan sabar. Mamah : Kalau anak anak sudah berkeluarga dan meninggalkan kita, giliran kita untuk kembali memikirkan diri kita sendiri . . .
Renungan menjelang tua . . .
Bila kita tua ...
Luangkan waktu bersama pasangan anda karena salah seorang drpd kita akan pergi lebih dahulu dan yang masih hidup hanya mampu menyimpan kenangan yg indah.
Bila kita tua ...
Akan tiba masanya mau berjalan ke pintu saja susah, sementara masih berkemampuan, jalan2 lah kebeberapa banyak tempat untuk mengingat
kan kita tentang kebesaran Allah, utk mengagumi keindahan ciptaan NYA.
Bila kita tua ...
Jangan susahkan diri memikirkan anak2 secara berlebihan.
Mereka akan mampu berusaha sendiri.
Cuma tentukan hutang anda Lunas sebelum meninggal dunia supaya mereka tidak menanggung beban yang anda tinggalkan.
Bila kita tua ...
Luangkan waktu bersama rekan2 lama karena peluang untuk bersama itu akan berkurang dari waktu ke waktu.
Bila kita tua ...
Terimalah penyakit apa adanya. Karena Semua sama, kaya atau miskin akan melalui proses yang sama, yaitu: lahir bayi, kanak2, dewasa, tua, sakit & mati
Kata2 nasihat ...
"Cari kawan yg seperti cermin, kita gembira dia gembira, kita sedih dia ikut sedih.
Selamat menikmati Masa Tua dengan Bahagia ..... 🙏🙏
Bagus sekali, tlg dibaca berulang kali
www.membaca-bukubagus.blogspot.com